Membangun Umat Beragenda

Tuesday, 15 October 2013

Bab 17: Kewajiban Mengikuti Hukum Allah Dan Apa-apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Diajak Ke Arah Itu Dan Yang Diperintah Berbuat Kebaikan Atau Dilarang Berbuat Keburukan

Allah Ta'ala berfirman:
فلا وربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم لا يجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت ويسلموا تسليما
"Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum sebenarnya beriman sebelum mereka meminta keputusan kepadamu perkara-perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan yang engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat." (an-Nisa' 4:65)

Allah Ta'ala berfirman pula:
إنما كان قول المؤمنين إذا دعوا إلى الله ورسوله ليحكم بينهم أن يقولوا سمعنا وأطعنا وأولئك هم المفلحون
"Hanyasanya ucapan kaum mu'minin, apabila mereka diseru kepada jalan Allah dan RasulNya untuk memberikan hukum di antara mereka itu iaiah mereka itu mengucapkan: "Kita semua mendengarkan dan mentaati." Mereka itu adalah orang-orang yang berbahagia." (an-Nur 24:51)

Keterangan
Setiap orang sudah pasti mengerti bahwa Islam adalah suatu agama yang sudah cukup lengkap hukum-hukumnya serta peraturan-peraturannya. Dalam segala macam persoalan Islam sudah menyediakan hukum yang wajib diterapkan untuknya itu, mulai dari hal yang sekecil-kecilnya seperti berkawan, adab pergaulan, berumah tangga dan lain-lain, juga sampai yang sebesarnya, misalnya menegakkan tertib hukum, mengatur keamanan dalam negara dan sebagainya. Dalam hal perselisihan antara orang seorang, antara golongan satu dengan lainnya, bahkan antara bangsa dengan lain bangsa pun tercantum pula hukumnya.

Jadi kita sebagar penganut agama Islam berkewajiban mengamalkan hukum-hukum itu tanpa membantah sama sekali, jika memang benar-benar nyata hukum itu dari Tuhan dan RasulNya dan bukan semata-mata dibuat-buat sendiri oleh manusia yang gemar pada kebid'ahan, jelasnya orang-orang yang mengada-adakan hukum dari kehendaknya sendiri dan dikatakan bahwa itulah hukum agama dari Tuhan.

Sementara itu segala persoalan yang terjadi, maka untuk menerapkan hukumnya jangan menggunakan hukum yang selain dari Tuhan dan RasulNya. Jadi persoalan itu kita cocokkan sesuai dengan hukum yang ada dalam agama Islam. Jika kita mengerjakan sebaliknya, tentulah salah, yaitu persoalan yang ada itu kita carikan hukumnya dalam agama yang kiranya dapat sesuai dengan kehendak atau kemahuan hawa nafsu kita sendiri, atau disesuaikan dengan kemahuan orang lain yang kita anggap terhormat agar mendapatkan pujian atau sekedar harta daripadanya. 

Oleh sebab itu jikalau hukum agama itu diibaratkan sebagai kepala atau kaki, sekiranya kita ingin membeli topi atau kasut, hendaknya topi dan kasut itu yang kita cocokkan dengan kepala atau kaki kita dan tidak sebaliknya, yakni kepala atau kaki yang kita cocokkan dengan topi atau kasut tersebut. Kalau kekecilan, kepala dan kaki diperkecilkan dan kalau kebesaran, lalu kepala atau kaki dipukuli agar bengkak sehingga cocok dengan topi atau kasut yang berukuran besar tadi.

Ringkasnya dalam segala hal, jangan sampai hukum agama yang dikalahkan, sebaliknya itulah yang justeru wajib dimuliakan dan dijunjung setinggi-tingginya, sebab memang datangnya dari Tuhan Rabbul 'Alamin. Semogalah kita dapat melaksanakan yang sedemikian ini, sehingga berbahagialah hidup kita sejak di dunia sampai di akhirat nanti. Amin.

Dalam bab ini ada beberapa Hadis, di antaranya ialah Hadis Abu Hurairah yang tercantum dalam permulaan bab sebelum ini – lihat Hadis no. 156 - dan ada pula Hadis-hadis yang lainnya.

168. Dari Abu Hurairah r.a. katanya:
لما نزلت على رسول الله، صلى الله عليه وسلم ‏:‏ ‏{‏ لله ما في السموات وما في الأرض وإن تبدوا ما في أنفسكم أو تخفوه يحاسبكم به الله‏}‏ الآية ‏(‏‏(‏البقرة‏:‏283‏)‏‏)‏
Ketika ayat ini turun pada Rasulullah s.a.w. iaitu: Bagi Allah adalah apa-apa yang ada di dalam langit dan apa yang ada di bumi. Jikalau engkau semua terangkan apa-apa yang dalam hatimu alau jikalau engkau semua sembunyikan itu, niscayalah Allah akan memperhitungkan semuanya, sampai akhir ayat.

أشتد ذلك على أصحاب رسول الله، صلى الله عليه وسلم، فأتوا رسول الله ، صلى الله عليه وسلم، ثم بركوا على الركب فقالوا‏:‏ أي رسول الله كلفنا من الأعمال مانطيق‏:‏ الصلاة والجهاد والصيام والصدقة، وقد أنزلت عليك هذه الآية ولا نطيقها‏
Dikala itu, maka hal yang sedemikian tadi dirasa amat berat oleh para sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka lalu mendatangi Rasulullah s.a.w. kemudian mereka berjongkok di atas lutut mereka lalu berkata: "Ya Rasulullah, kita telah dipaksakan untuk melakukan amalan-amalan yang kita semua juga kuat melaksanakannya, yaitu shalat, puasa, jihad dan sedekah. Tetapi kini telah diturunkan kepada Tuan sebuah ayat dan kita rasanya tidak kuat melaksanakannya.

قال رسول الله، صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏"‏أتريدون أن تقولوا كما قال‏:‏ أهل الكتابين من قبلكم‏:‏ سمعنا وعصينا‏؟‏ بل قولوا‏:‏ سمعنا وأطعنا غفرانك ربنا وإليك المصير‏"‏
Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua hendak mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh dua golongan ahlul kitab-kaum Nasrani dan Yahudi -yang hidup sebelummu semua ini, yaitu ucapan: "Kita mendengar tetapi kita menyalahi." Tidak boleh sedemikian itu, tetapi ucapkanlah: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan padaMu,ya Tuhan kita, dan kepadaMu lah tempat kembali."

فلما اقترأها القوم، وذلت بها ألسنتهم؛ أنزل الله تعالى في إثرها‏:‏ ‏{‏آمن الرسول بما أنزل إليه من ربه والمؤمنون كل آمن بالله وملائكته وكتبه ورسله لا نفرق بين أحد من رسله وقالوا سمعنا وأطعنا غفرانك ربنا وإليك المصير‏}‏
Setelah kaum - sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. - membaca itu, lagi pula lidah-lidah mereka telah tunduk - tidak bisa bercakap sesuatu, lalu Allah Ta'ala menurunkan lagi sesudah itu ayat:
"Rasul itu mempercayai apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, begitu pula orang-orang yang beriman. Semuanya percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya. Mereka berkata: "Kita tidak membeda-bedakan seorangpun di antara rasul-rasul Allah itu." Mereka berkata lagi: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan daripadaMu, ya Tuhan kita dan kepadaMu lah tempat kembali."

.‏ فلما فعلوا ذلك نسخها الله تعالى؛ فأنزل الله عز وجل‏:‏ ‏{‏لايكلف الله نفسا إلا وسعها لها ما كسبت وعليها ما اكتسبت ، ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو أخطأنا‏}‏ قال‏:‏ نعم ‏{‏ ربنا ولا تحمل علينا إصراً كما حملته على الذين من قبلنا ‏}‏ قال‏:‏ نعم ‏{‏ ربنا ولا تحملنا ما لا طاقة لنا به‏}‏ قال ‏:‏ نعم ‏{‏واعف عنا واغفر لنا وارحمنا أنت مولانا فانصرنا على القوم الكافرين ‏}‏ قال‏:‏ نعم‏"‏
Selanjutnya setelah mereka telah melaksanakan sebagaimana isi ayat di atas itu, lalu Allah 'Azzawajalla menurunkan lagi ayat: "Allah tidak melaksanakan kewajiban kepada seseorang, hanyalah sekedar kekuatannya belaka, bermanfaat untuknya apa-apa yang ia lakukan dan berbahaya pula atasnya apa-apa yang ia lakukan. Ya Tuhan kita, janganlah Engkau menghukum kita atas sesuatu yang kita lakukan karena kelupaan atau kekhilafan - yang tidak disengaja."

Beliau s.a.w. bersabda: "Benar - kita telah melaksanakan."

"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita beban yang berat, sebagaimana yang telah Engkau pikulkan kepada orang-orang yang terdahulu sebelum kita."

Beliau bersabda: "Benar."

"Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita sesuatu yang kita tidak kuat melaksanakannya."

Beliau bersabda: "Benar."

"Dan berilah maaf dan pengampunan, belas kasihanlah kita. Engkau pelindung kita, maka tolonglah kita terhadap kaum kafirin itu."

Beliau bersabda: "Benar." 

(Ayat di atas dari surat al-Baqarah 286) (Riwayat Muslim)

0 comments:

Post a Comment